Hendaklah Taubat Dilakukan Sebelum Ghargharah
SYARAT-SYARAT TAUBAT NASHUHA
6. Hendaklah taubat dilakukan sebelum ghargharah
Taubat tidak diterima jika dilakukan pada saat ghargharah yaitu keadaan saat nyawa akan dicabut.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللَّهِ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السُّوءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوبُونَ مِنْ قَرِيبٍ فَأُولَٰئِكَ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan,1 yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” [An-Nisaa’/4: 17]
Dan setiap yang bertaubat sebelum mati ia telah bertaubat dengan segera.
Allah Ta’ala berfirman:
وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّىٰ إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ وَلَا الَّذِينَ يَمُوتُونَ وَهُمْ كُفَّارٌ ۚ أُولَٰئِكَ أَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.’ Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah Kami sediakan siksa yang pedih.” [An-Nisaa’/4: 18]
Karena maksud dari kata jauh adalah kematian. Malik bin ar-Raib berkata ketika mengintrospeksi dirinya:
يَقُوْلُوْنَ لاَ تَبْعُدْ وَهُمْ يَدْفِنُوْنَنِي
وَأَيْـنَ مَكَانُ الْبُعْدِ إِلاَّ مَكَانِـيَا
Mereka berkata, “Janganlah kamu mati,” mereka justru menguburku,
dan di manakah tempat kematian kecuali pada tempatku.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقْبَلُ تَوْبَةَ اْلعَبْدِ مَالَمْ يُغَرْغِرْ.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala akan menerima taubat seorang hamba selama nyawanya belum sampai di kerongkongan.”2
Oleh karena itu, Allah Tabaaraka wa Ta’aala tidak mau menerima taubat Fir’aun ketika dia dalam keadaan tenggelam.
Allah Ta’ala berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ﴿٩٠﴾آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ﴿٩١﴾فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً ۚ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
“Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka), hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia, ‘Saya percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang dipercayai oleh Bani Isra-il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).’ Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. [Yuunus/10: 90-92]
[Disalin dari buku Luasnya Ampunan Allah” Terjemahan dari kitab at-Taubah an-Nashuuh fii Dhau-il Qur-aan al-Kariim wal Ahaa-diits ash-Shahiihah, Ditulis oleh Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali hafizhahullaah, Penerjemah Ruslan Nurhadi, Lc. Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
1 Segala maksiat yang dilakukan adalah kejahilan baik dilaku-kan dengan sengaja ataupun lainnya. Hal ini sesuai dengan ijma’ para Sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Jarir dalam Tafsiirnya (IV/202).
2 Hal ini disebutkan oleh al-Baghawi dalam kitab Syarhus Sunnah (V/91). HR. At-Tirmidzi (no. 3537), Ibnu Majah (no. 4253), Ahmad (no. 6160 dan 6408), al-Baghawi (no. 1306), Ibnu Hibban (2449), dan al-Hakim (IV/257) dari hadits Ibnu ‘Umar. Dishahihkan dan disetujui oleh adz-Dzahabi dan dishahihkan pula oleh Imam an-Nawawi dalam kitab Syarh Muslim (XVII/25), dan dihasankan oleh al-Albani dalam kitab Shahiih al-Jaami’ ash-Shaghiir (1899).
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1308-hendaklah-taubat-dilakukan-sebelum-ghargharah.html